Selasa, 30 November 2010

Sugihan Jawa atau Sugihan Bali? ( Makna Hari Raya Sugihan)

Masih banyak masyarakat Hindu di Bali bertanya-tanya mengenai rahinan sugihan yang mana yang harus diikuti, apakah sugihan Jawa atau sugihan Bali. Ada yang menyatakan harus mengikuti sugihan Jawa karena keturunan dari Majapahit (Jawa) dan ada yang bilang harus sugihan Bali karena orang Bali asli. Apakah benar seperti itu?
Sesungguhnya jawabannya tercantum didalam lontar " Sundarigama". Didalam lontar dinyatakan :
" Sungsang, wrehaspati wage ngaran parerebuan, sugyan jawa kajar ing loka, katwinya sugyan jawa ta ngaran, apan pakretin bhatara kabeh arerebon ring sanggar mwang ring parahyangan, dulurin pangraratan, pangresikan ring bhatara saha puspa wangi. Kunang wwang wruh ing tattwa jnana, pasang yoga, sang wiku angarga puja, apan bhatara tumurun mareng madyapada, milu sang dewa pitara, amukti bante anerus tekeng galungan. Prakerti nikang wwang, sasayut mwang tutwan, pangarad kasukan ngaranya.
Sukra Kliwon, sugyan Bali, sugyan ing manusa loka, paknanya pamretistan ing raga tawulan, kewala sira apeningan anadaha tirta panglukatan, pabersihan ring sang Pandita."
artinya ;
"pada wuku Sungsang, yakni hari kamis wage sungsang dinamakan Parerebuan atau disebut sugihan Jawa oleh masyarakat umum. Latar belakang dinamakan sugihan Jawa karena merupakan hari suci bagi para Bhatara untuk melakukan rerebu di sanggar dan di Parahyangan, disertai pangraratan dan pangeresikan untuk Bhatara serta kembang wangi. Bagi orang yang mengetahui rahasia batin akan melakukan yoga, para pendeta melakukan puja tertinggi, karena pada hari itu, Bhatara turun kedunia di iringi para dewa dan roh leluhur untuk menikmati sesajen persembahan umat hingga sampai pada hari Galungan. Adapun sesajen keselamatan manusia terdiri atas sasayut tutwan atau disebut ngarad kasukan (penarik kebahagiaan).
Pada hari Jumat Kliwon sungsang, dinamakan sugihan Bali, hari suci bagi umat manusia. Maknanya adalah penyucian diri manusia lahir bathin, dengan cara mengheningkan pikiran, memohon air suci peruwatan dan pembersihan diri kepada pendeta."
Jadi artinya, sebagai umat Hindu, kedua hari raya Sugihan tersebut memang patut dua-duanya kita rayakan sesuai dengan maknanya masing-masing. Sugihan Jawa untuk melakukan pembersihan pada bhuwana agung (alam semesta) sedangkan saat sugihan Bali melakukan pembersihan pada bhuwana alit atau diri manusia.
Sekali lagi pelaksanaan perayaan Sugihan bukan menurut pada keturunan saja.
Selamat Hari Raya Sugihan

Senin, 29 November 2010

Makna Daksina

Daksina
Daksina berarti Brahma, dan Brahma menjadi Brahman, yaitu Sang Hyang Widhi.
Beberapa komponen pembentuk daksina antara lain :

a.Bebedogan ( tempatnya )
Merupakan simbul bumi, cerminan dari Sang Hyang Ibu Pertiwi

b.Tapak dara, yang berada didasar bedog
Merupakan simbul Swastika sebagai sumber pengatur seisi alam, menjadi cerminan Sang Hyang Rwa Bineda, sehingga kelihatan ada siang ada malam, ada laki – laki ada perempuan, baik dan buruk.

c.Beras
Merupakan simbul udara sebagai cerminan Sang Hyang Bayu

d.Pangi
Merupakan simbul sarwa pala bungkah cerminan Sang Hyang Boma

e.Pepeselan ( daun – daunan )
Sebagai cerminan Sang Hyang Sangkara

f.Gegantusan ( biji – bijian yang dibungkus daun pisang kering )
Merupakan simbul segala biji – bijian alam semesta, sebagai cerminan adanya Jiwatman ( Roh )

g.Tingkih
Merupakan simbul bintang atau “ nata “ yalni cerminan Sang Hyang Parama Siwa

h.Telur itik
Merupakan simbul bulan atau “ ardha Chandra” yakni cerminan Sang Hyang Siwa

i.Kelapa
Merupakan simbul matahari atau “windu ” yakni cerminan Sang Hyang Sadha Siwa

j.Uang kepeng bolong
Merupakan simbul “ windu sunia” yakni cerminan “sangkan paran”

k.Benang putih
Merupakan simbul awan, yakni cerminan Sang Hyang Aji Aksara

l.Porosan
Merupakan simbul silih asih, cerminan dari Sang Hyang Semarajaya Semara Ratih

m.Canang sari
Merupakan simbul asta aiswarya yaitu Sang Hyang Dewata Nawa Sanga.

Sehingga pada dasarnya Daksina merupakan kekuatan pesaksi yang disebut Tria Dasa Saksi ( Tutur Tapeni Yadnya )

Minggu, 28 November 2010

PURA DAN PALINGGIH

PURA DAN PALINGGIH
I. PENGERTIAN PURA

Pura merupakan symbol kosmos dari alam sorga (kahyangan)
Pura berasal dari kata “pura” (sansekerta) yang artinya “kota atau benteng”
Perkembangan pura di Bali :
Pada jaman Bali Kuna pura disebut Sanghyang (bukti : prasasti Trunyan A I th.891M)
Pada masa Mpu Kuturan, disebut dengan parahyangan atau kahyangan dewa (lontar Usana Dewa. Be;iau pula yg mengenalkan istilah meru, gedong, dan pura serta membuat Pura Sad Kahyangan , pura kahyangan Catur Loka Pala, dan kahyangan Rwa bineda serta Kahyangan Tiga.
Pada masa Dang Hyang Nirartha, mulai dibedakan antara meru atau gedong untuk Dewa maupun leluhur, serta membuat Padmasana



II. JENIS-JENIS PURA

Berdasarkan atas fungsinya :
a. Pura Jagat, yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat pemujaan Hyang Widhi beserta seluruh manifestasinya
b. Pura kawitan yaitu pura yang berfungsi sebagai tempat suci untuk memuja roh suci leluhur

Berdasarkan atas karakteristiknya :
a. Pura Kahyangan Jagat yaitu pura tempat memuja Hyang Widhi dalam aneka bentuk manifestasinya, misalnya ; Pura Sad Kahyangan dan pura Kahyangan Jagat
b. Pura Kahyangan desa, yaitu pura yang disungsung oleh desa pakraman
c. Pura Swagina, yaitu pura yang penyungsungnya terikat oleh profesi yang sama dalam mata pencaharian seperti; Pura Subak, Pura Melanting, dll.
d. Pura Kawitan, yaitu pura tempat memuja leluhur. Berasal dari kata “wit” yang artinya leluhur. Contoh ; sanggah, merajan, panti, paibon, batur, penataran, padharman, dll.


III. STRUKTUR PURA

Berdasarkan konsepsi macrocosmos (bhuwana agung):
Denah pura terbagi atas 3 bagian, yaitu ;
a. Jaba pura atau jaba pisan (halaman luar) lambang bhurloka
b. Jaba tengah (halaman tengah) lambang bhuvahloka
c. Jeroan (halaman dalam) lambang svahloka
Terdapat juga pura dengan 2 bagian yaitu :
a. Jaba pisan melambangkan alam bawah
b. Jeroan melambangkan alam atas

Pura dengan 7 bagian halaman melambangkan saptaloka, contoh Pura Besakih, terdiri dari :
a. Bhurloka
b. Bhvahloka
c. Svahloka
d. Mahaloka
e. Janaloka
f. Tapaloka
g. Satyaloka

Pura dengan 1 halaman adalah simbolis dari ekabhuwana yaitu panunggalan alam atas dan alam bawah.

Tembok/penyengker yang mengelilingi pura sebagai batas pekarangan yang disakralkan
Sudut-sudut tembok dibuat “paduraksa” yang berfungsi untuk menyangga sudut-sudut pekarangan tempat suci

Pada halaman luar (Jaba pisan) umumnya terdapat :
Bale kulkul, bale wantilan, bale pewaregan, jineng/lumbung

Pada halaman tengah (Jaba tengah) umunya terdapat :
Bale agung dan bale gong

Pada halaman dalam (Jeroan), umumnya terdapat berbagai pelinggih.

Diantara jaba pisan dengan jaba tengah dipisahkan oleh candi bentar sebagai symbol Gunung Kailasa yaitu tempat bersemedinya Dewa Siwa, dengan dikiri kanan terdapat arca Dvarapala sebagai raksasa pengawal pura

Diantara jaba tengah dengan jeroan terdapat candi kurung atau kori agung dengan diapit oleh arca /hiasan kepala raksasa Bhoma (putra dari Dewa Wisnu dengan Dewi Pertiwi)


IV. BANGUNAN SUCI

A. PALINGGIH

Palinggih berari tempat malinggih/berstananya Hyang Widhi ataupun roh suci leluhur.

Jenis-jenis palinggih :
a. Prasada
Gambar :






Bentuk bangunannya merupakan kelanjutan atau peralihan dari bentuk candi di Jawa dengan meru di Bali

b. Padmasana
Berasal dari kata :
Padma yang artinya teratai merah
Asana yang artinya tempat duduk
Jadi padmasana berarti tempat duduk dari teratai berwarna merah yang merupakan sthana Hyang Widhi

Berdasarkan lokasi (pengider-ider Dewata Nawasanga) terdiri atas :
1. Posisi di timur menghadap ke barat disebut Padma Kencana
2. Posisi di selatan menghadap ke utara disebut Padmasana
3. Posisi di barat menghadap ke timur disebut Padmasana Sari
4. Posisi di utara menghadap ke selatan disebut Padmasana Lingga
5. Posisi di tenggara menghadap ke barat laut disebut Padma Asta Sadana
6. Posisi di barat daya menghadap ke timur laut disebut Padma Noja
7. Posisi di barat laut menghadap ke tenggara disebut Padma Karo
8. Posisi di timur laut menghadap ke barat daya disebut Padma Saji
9. Bertempat ditengah menghadap ke lawangan (pintu gerbang keluar masuk pura) disebut Padma Kurung (rong tiga)

Berdasarkan atas rong (ruang) dan palih (undag atau tingkat) terdiri atas :
1. Padmasana Anglayang atau Padma Anglayang
Rongnya : 3
Palihnya : 7
Menggunakan Bedawang nala
2. Padma Agung
Rongnya : 2
Palihnya : 5
Menggunakan bedawang nala
3. Padmasana
Rongnya : 1
Palihnya : 5
Menggunakan bedawang nala
4. Padmasari
Rongnya : 1
Palihnya : 3 dimana yang paling bawah disebut palih taman, yang tengah palih sancak dan yang diatas palih sari
Tidak menggunakan bedawang nala
5. Padma capah
Rongnya : 1
Palihnya : 2 yaitu dibawah palih taman, di tengah palih capah
Tidak menggunakan Bedawang nala

Pemberian pedagingan menyesuaikan pada masing-masing padma tersebut yaitu ;
1. Pada padmasana menggunakan bedawang nala, maka pedagingan diberikan pada ;
- Dasar
- Madya
- Puncak

2. Padmasana tanpa bedawang nala ;
- Dasar
- Puncak


c. Meru

Kata meru berasal dari kata Mahameru (gunung di India)
Bentuk bangunan terdiri atas : dasar, badan dan atap

Jenis – jenis Meru terdiri atas :
- Meru tumpang 1
- Meru tumpang 3
- Meru tumpang 5
- Meru tumpang 7
- Meru tumpang 9
- Meru tumpang 11

Banyaknya tumpang (lontar Andhabhuwana) merupakan symbol lapisan alam besar (macrocosmos), dimana dari bawah ke atas yaitu;
1. Sakala
2. Niskala
3. Sunya
4. Taya
5. Nirbana
6. Moksa
7. Suksmataya Turyanta
8. Acintyataya
9. Cayem

Atap meru juga simbolis dari “penglukunan Dasaksara” , yaitu :
Sa (Isvara), Ba (Brahma), Ta (Mahadeva), A (Visnu), I (Siva/Zenit), Na (Maheswara), Ma (Rudra) , Si (Sankara), Va (Sambhu), Ya (Siva/Nadir).

Banyaknya tumpang juga tergantung pada tinggi – rendahnya kedudukan, peran, fungsi, dan kekuasaan yang di sthanakan.
Meru yang tidak menggunakan tumpang disebut “kehen” yang boleh dibangun pada sanggah suhun.

Untuk meletakkan pedagingan :
- Meru tumpang 1 hingga 3 berpedagingan pada dasar dan puncak
- Meru tumpang 5 sampai 11 berpedagingan pada dasar, madya dan puncak

d. Rong Tiga

Fungsinya sebagai tempat memuja roh leluhur dan Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Brahma, Visnu, Isvara

Peletakkan pedagingannya lengkap dengan rerajahan tri aksara yaitu :
- Ang pada dasar
- Ung pada madya
- Mang pada puncak

e. Palinggih

Menurut Prakerti, ancer-ancer jumlah membuat palinggih disebut lingga, yakni menyebutkan sebagaiberikut:
1. Yang dengan ukuran Tri Lingga Dewata yaitu : Pura Puseh, Pura Desa, Pura Dalem
2. Dikarang paumahan, nista madya utama namanya pawangunin Sanggar Parahyangan
3. Untuk di bilangan kecil dibuat memakai ukuran Tri Lingga yaitu : Kemulan, Taksu, Tugu
4. Kalau yang sedang dibuat, namanya Panca Lingga yaitu: Kemulan, Taksu, Tugu, Pelik sari dan Gedong
5. Untuk utamaning nista namanya Sapta Lingga yaitu : Kemulan, Taksu, Tugu, Pelik sari, Gedong, Catu dan Menjangan Sluangan
6. Untuk yang utama namanya Eka Dasa Lingga yaitu : Kemulan, Taksu, Tugu, Pelik sari, Gedong, Catu, Menjangan Sluangan, Pesaren, Limas sari, Lurah dan Padma serta pengubengan semua dewata.

Palinggih – palinggih lain antaralain :
A. Apit Lawang
Berfungsi sebagai penjaga lawang
Kadang berupa patung bedogol (raksasa) yaitu : Nadiswara dan Mahakala
B. Bale Kulkul
Merupakan linggih Hyang Widhi dalam manifestasi sebagai Iswara (dalam ilmu yoga yaitu Paratma yang ada di kerongkongan, berfungsi untuk mengeluarkan suara)
C. Pahyasan atau Piasan
Berfungsi untuk tempat menata gegaluhan (menghiasi pratima-pratima)
Pengayat dewa Samudhaya (dewa-dewa semua) ataupun untuk dewa pratistha (menghadirkan para dewa)
D. Bale Agung
Berfungsi sebagai witana (tempat pertemuan) baik itu hubungannya dg upacara keagamaan, tempat berkumpulnya pratima-pratima
E. Bale Pepelik
Fungsinya hamper sama dengan bale agung, dalam artian tempat berkumpulnya atau pertemuan dari para dewa yang ada kaitannya dg kahyangan tempat piodalan tersebut.
F. Sanggah Kemulan
Berong tiga sebagai sthana Hyang Tri Murti, (Brahma, Wisnu, Iswara) terdapat dalam lontar Kusumadewa, Gong Wesi, Purwa Gama wesana
Difungsikan untuk memuja roh leluhur yang sudah disucikan (antyesti sanghasrkara) dalam wujud Pramestiguru
G. Menjangan Sluangan
Disebut Sanggar Sapta Rsi (lontar Kusumadewa)
Yakni tempat pemujaan Hyang Widhi sebagai awatara yang member perlindungan dalam kesempurnaan jiwa
H. Rambut Sedana (Manik Galih)
Berfungsi sebagai sthana dewata yang berperan dalam member kehidupan yang kekal atau yang menghidupi dlm wujud sandang,pangan,papan
I. Anglurah
Adalah lingga sthana Sedahan Panglurah (tepas macaling) yang secara simbolis berfungsi sebagai penjaga/pengawas wilayah pada suatu lokasi pura/mrajan
J. Palinggih Malimas
Merupakan pengayatan pesimpangan terhadap Kahyangan Jagat (lontar Kusuma Dewa)
Ada disebut : limas sari, limas catu, maprucut, manedung pane, catu meres, catu mujung, dll.
K. Gedong Bata
Sebagai lingga sthana Dewa di kahyangan bersangkutan, seperti Di Pura Desa dan Pura Dalem

Kamis, 18 November 2010

1. CANANG
NO NAMA BANTEN BAGIAN KELENGKAPAN
1 CANANG GENTEN ALAS Ituk-ituk / ceper/taledan
ISI 1. Porosan
2. Sampyan Uras sari
3. Bunga
4. Rampe
5. Boreh Miyik
6. Minyak wangi

2 CANANG LENGAWANGI ALAS Taledan/ceper
BURATWANGI ISI 1. plawa
2. porosan
3. celemik berisi akar-akaran wangi-beras- kunir-air cendana yg ditumbuk halus (buratwangi)
4. celemik berisi menyan-malem dicampur minyak kelapa, minyak wangi, kacang putih, kacang komak yang digoreng gosong, ditumbuk halus hingga berwarna hitam
5. sampyan uras sari
6. Bunga
7. Rampe

3 CANANG TUBUNGAN ALAS ituk-ituk/ceper
ISI 1. plawa
2. base tubungan
3. sampyan uras sari
4. bunga
5. rampe
6. boreh miyik

4 CANANG SARI ALAS Taledan/ceper
ISI 1. plawa
2. porosan
3. seiris tebu
4. seiris pisang mas
5. kakiping
6. celemik berisi buratwangi
7. celemik berisi lengawangi
8. celemik berisi beras kuning
9. sampyan uras sari
10. rampe
11. bunga
12. boreh miyik
13. uang kepeng

5 CANANG PENGRAWOS ALAS taledan maplekir dg setiap sudut diisi kojong
ISI 1. pinang (diletakkan di kojong)
2. gambir ( diletakkan di kojong)
3. tembakau (diletakkan di kojong)
4. kapur (diletakkan di kojong)
5. beberapa lembar base lembaran (bagian tengahnya)
6. rokok dan korek api
7. dibagian atasnya diisi ceper/taledan dg tangkih berisi beras kuning-minyak wangi
8. sampian uras sari
9. bunga
10. rampe
11. boreh miyik

6 CANANG PABERSIHAN ALAS ceper/taledan maplekir dg 7 bh celemik
ISI 1. ambuh ( daun pucuk diiris tipis/kelapa parut
2. kakosok putih (tepung beras putih) atau kakosok kuning (tepung beras kuning)
3. asem terbuat dari buah beras asem
4. sisig yaitu jajan begina yang dibakar hingga gosong
5. tepung tawar (campuran dadap-beras-kunir ditumbuk halus)
6. wija/sesarik (beras dicuci dan direndam air cendana)
7. minyak kelapa/minyak wangi

7 CANANG GANTAL ALAS ceper/taledan
ISI 1. plawa
2. lekesan 5bh/7bh/9bh/11bh (base lembaran diisi kapur dan pinang dan digulung lalu ditusuk)
3. sampyan uras sari
4. bunga
5. rampe
6. boreh miyik

8 CANANG MERAKA ALAS ceper/tamas
ISI 1. plawa
2. porosan
3. raka-rakaan(buah-buahan)
4. sampyan uras sari lengkap dg bunga dan rampe

9 CANE/CANANG REBONG ALAS dulang kecil dihias dg jaro(janur berkeliling) dg ditengh-tengahnya ditancapkan batang pisang
ISI 1. mangkuk kecil/takir berisi bija
2. mangkuk kecil/takir berisi air cendana
3. mangkuk kecil/takir berisi buratwangi
4. kojong berisi tembakau
5. kojong berisi pinang
6. kojong berisi pinang
7. kojong berisi rokok
8. kojong berisi lekesan
9. batang pisang dihiasi dengan bunga-bungaan
10. cili dibagian atas batang pisang
11. paku pipit dibagian atas batang pisang

10 CANANG OYODAN ALAS dulang berisi taledan maplekir/memakai trikona
ISI 1. kojong berisi plawa
2. kojong berisi porosan
3. kojong berisi lengawangi
4. kojong berisi buratwangi
5. kojong berisi tebu
6. kojong berisi pisang mas
7. kojong berisi kekiping
8. kojong berisi beras kuning
9. tadah pawitra
10. bunga-bungaan dg ditusuk lidi sebagai hiasan dibagian atasbdan dilengkapi hiasan janur lain yg ditancap pd btg pisang

11 TADAH PAWITRA/SUKLA ALAS ceper/ituk-ituk/taledan kecil
ISI 1. tangkih/kojong berisi pisang kayu matah
2. tangkih/kojong berisi kacang komak
3. tangkih/kojong berisi kacang putih
4. tangkih/kojong berisi ubi/keladi goreng
5. pelawa dan porosan dibagian atasnya
6. wadah lengis
7. bunga dan rampe

12 CANANG YASA ALAS ceper/taledan yg diplekir
ISI 1. tadah sukla
2. kekiping
3. pisang mas
4. base tubungan 1 bh
5. base tampelan 1 bh
6. tembakau
7. buratwangi-lengawangi
masing-masing dialasi kojong/tangkih

13 CANANG AGUNG ALAS ceper/taledan
ISI 1. beras 4 tangkih yg ditumbuk halus (maseruh 11 kali dan dicuci dg air cendana)
2. base tubungan 2 bh
3. base tampelan 4 bh
4. tadah pawitra
5. pisang mas 4 bh

14 CANANG PAIKUP ALAS taledan maplekir
ISI 1. kelapa gading dan kelapa bulan
2. tangkih/kojong berisi tadah sukla
3. tangkih/kojong berisi burat wangi
4. tangkih/kojong berisi lengawangi
5. tangkih/kojong berisi pisang mas
6. tangkih/kojong berisi kekiping
7. bunga berwarna 9
8. base tampelan
9. base tubungan
10. daun cemara
11. sampayan nagasari
12. bunga sulasih
13. majagau
14. tembakau
15. asep cina

15 CANANG PASESULUH ALAS taledan dari janur
ISI 1. lengawangi-buratwangi
2. pelawa
3. daun kedapan nagasari
4. bunga

16 CANANG BRAKAT ALAS Taledan 1 :
1. raka-raka + dodol+kakiping+pisang mas+tadah sukla 1 tangkih
Taledan 2 :
1. Daun bunga sulasih+4 bh base tubungan + 5 bh base lekesan + leletan 2 bh + base tampelan 2 bh + 2 btg rokok
Taledan 3 :
1. rerasmen 4 tangkih + daun kedapan nagasari + asep cina 2 bh + minyak kelapa/wangi + menyan + dedes + buratwangi+ bunga 5 warna